Perkenalkan Nama Saya Ersandika January Nugrahadi saya mahasiswa Universitas Pamulang jurusan Teknik Informatika.
Di masa lalu, politik dan teologi memiliki keterkaitan erat. Para pemimpin politik sering mengklaim bahwa politik juga merupakan bentuk lain dari ketaatan kepada Tuhan; di mana kegagalan politik diyakini sebagai akibat dari ketidak-ridaan Tuhan, sementara kemajuan politik dianggap sebagai berkah dari Tuhan atau dewa.
Namun kini di era modern, pekerjaan pemerintahan atau politik tidak lagi dipandang sebagai bagian dari gerak eksistensi gaib tersebut, tetapi sudah dianggap sebagai pekerjaan yang murni bersifat duniawi. Teknologi pun mulai diperkenalkan dalam upaya untuk menghadirkan ketepatan dan efisiensi dalam pekerjaan pemerintah.
Dahulu, revolusi teknologi informasi dan komunikasi biasanya diiringi dengan revolusi politik. Pada abad ke-20, birokrasi dan teknologi mulai berkembang dan saling beriringan sehingga pemerintah semakin bergantung pada — bagaimana cara mengumpulkan dan menyimpan informasi yang lebih efektif melalui teknologi.
Tak terkecuali demokrasi. Internet saat ini pun telah menyebabkan demokrasi berkembang dalam berbagai caranya, seperti: bagaimana partai memobilisasi aktivis, bagaimana mengumpulkan sentimen publik, bagaimana masyarakat berinteraksi dengan politisi dan melobi pemerintah, dan lain sebagainya.
Nampaknya internet dan sistem AI-nya kini telah merevolusi sifat demokrasi. Searah dengan itu, kini banyak platform digital atau media-media yang bermunculan (terutama media online) — yang ikut berkontribusi dalam demokrasi meskipun kebanyakan dari media tersebut adalah swasta.
Dengan kemajuan teknologi saat ini, terutama dalam majunya kecerdasan buatan, adalah mungkin manusia tidak akan lagi menjadi satu-satunya peserta dalam pengambilan keputusan dan bahkan proses demokrasi mereka. Kecerdasan buatan — chatbot, misalnya — mampu melakukan percakapan, memberi saran, dan memutuskan sesuatu menggunakan bahasa yang sama seperti manusia.
Saya mengaminkan bahwa mungkin benar bahwa teknologi AI ini tidak “berpikir” seperti manusia, tetapi sistem ini memiliki dampak yang cukup besar pada kehidupan kita. Bagaimanapun, akhir-akhir ini, algoritma sering membantu kita dalam ‘mengambil’ keputusan-keputusan sulit;
Recommended by
Dia menekankan, AI merupakan alat, bukan tujuan. Basisnya AI adalah big data.
Sama halnya dengan manusia yang secara natural memiliki latar belakang pengetahuan, sehingga memengaruhi manusia dalam mengambil keputusan, begitu pula dengan AI. Bagaimana sistem buatan ini bisa memilah informasi, menganalisis, membuat keputusan, dan mengeksekusi keputusan itu.
“AI juga sama, kalau tidak ada big data di belakangnya, tidak ada AI,” tambahnya.
Ada beberapa jenis AI, termasuk:
-AI Otomatis: AI yang dapat beroperasi dan membuat keputusan tanpa bantuan manusia.
-AI Pembantu: AI yang membantu manusia dalam tugas tertentu, seperti menyediakan informasi atau melakukan tugas yang sulit dilakukan manusia.
-AI Kemampuan Terbatas: AI yang dapat melakukan tugas tertentu namun memiliki batasan dan tidak dapat melakukan tugas lain.
AI dapat digunakan dalam berbagai bidang, termasuk bisnis, kedokteran, keamanan dan lainnya, dan dapat membantu memecahkan masalah yang rumit dan membuat proses yang sulit dilakukan manusia lebih efisien. Namun, AI juga memiliki potensi dampak negatif, seperti diskriminasi dan privasi, dan perlu diawasi dan dikendalikan dengan baik.
Artificial Intelligence (AI) dapat memberikan keuntungan bagi partai politik melalui beberapa cara, antara lain:
Analisis data: AI dapat membantu partai politik menganalisis data besar dan membuat keputusan yang lebih baik dan informatif. AI dapat membantu partai mengidentifikasi tren dan pola dalam data demografi, pendapat publik, dan perilaku pemilih, sehingga partai dapat membuat strategi yang lebih efektif dan memperkuat posisi mereka.
Koneksi dengan pemilih: AI dapat membantu partai politik menjangkau dan terhubung dengan pemilih melalui teknologi, seperti chatbot dan sistem pemasaran otomatis. AI dapat membantu partai menjawab pertanyaan pemilih dan memahami kebutuhan mereka, sehingga partai dapat membuat program dan platform yang lebih efektif.
Oleh karena itu, penting bagi partai politik untuk menggunakan AI dengan bijak dan bertanggung jawab, serta memastikan bahwa teknologi ini digunakan untuk kepentingan publik dan tidak merugikan masyarakat.
Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Kecerdasan Buatan (AI), Perkembangan Politik dan Teologi”, Klik untuk baca:
https://www.kompasiana.com/ersandikajanuaryn/6453b784a7e0fa7e7646d6a2/kecerdasan-buatan-ai-perkembangan-politik-dan-teologi?page=all#section1
Kreator: Ersandika January
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Tulis opini Anda seputar isu terkini di Kompasiana.com